Sabtu, 09 Juni 2012

Budaya handycrafting yang semakin memudar diantara wanita muda Turki

Wanita Turki yang saya kenal di lingkungan keluarga suami saya di Alanya, Antalya, adalah para wanita yang begitu tegar. Mereka kuat bekerja di ladang dan di rumah, 7 hari seminggu. Pekerjaan di ladang umumnya adalah mengurus rumah kaca yang ditanami kacang, tomat, terong ataupun cabe. Sedangkan rutinitas di rumah adalah mengurus hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, keledai, dan ayam. Masih pula harus bersih-bersih rumah, memasak, menerima tamu diantara waktu senggang.

Aktifitas mereka dimulai dari saat adzan subuh berkumandang. Setelah menjalankan shalat subuh, mereka segera memerah sapi, lantas menyiapkan sarapan. Para prianya agak sulit bangun, dan mereka masih harus dibangunkan agar tidak kesiangan shalat subuh. Sarapan berupa kentang goreng, keju putih, zaitun, tahin-pekmez, irisan tomat dan timun serta roti buatan rumah. Teh disajikan dan dituangkan disela-sela makan pagi. Semua makanan tersebut diletakkan di nampan bulat lebar dan semua anggota keluarga duduk mengelilinya. Sang Bunda akan menuangkan teh ke cangkir-cangkir anak dan menantu. Ibaratnya dia itu operator teh :)

Setelah lepas sarapan, dilanjutkan dengan mencuci piring dan berganti baju untuk ke kebun. Hewan ternak dipersiapkan untuk dibawa merumput disekitar kebun dan ladang. Tak lupa membawa air minum dan perkakas. berangkatnya bisa dengan menaiki keledai ataupun berjalan kaki. Ada pula yang mengendarai traktor sekeluarga, atau suami-istri mengendarai motor serupa RX king kalau di Indonesia.

Dan begitulah mereka berkerja hingga waktu dhuhur didalam panasnya rumah kaca. Cuaca Mediterrania sendiri sudah panas, ditambah panasnya rumah kaca. Begitu waktu dhuhur tiba, pekerjaan dihentikan dan bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Tak lupa hewan ternak pun dibawa serta. Setibanya di rumah mereka memberi makan sapi, lalu mandi dan shalat dhuhur, dilanjutkan memasak makan siang. Setelah makan siang kaum Bapak biasanya melakukan urusan lain di luar rumah ataupun istirahat sambil menonton TV. Kaum ibu kemudian meneruskan kegiatan membordir, menjahit ataupun menyulam dan merajut.

Di keluarga suami, kebetulan ibu mertua tidak hobby kerajinan tangan. beliau biasanya malah membuat makanan, misalnya membuat saus tomat (salça), mengupas kacang, memetik daun anggur untuk diawetkan, dan sebagainya. Namun d keluarga lain hampir dipastikan kaum ibu dan remaja putri di waktu luangnya tak bisa lepas dari benang dan jarum rajut. Merajut lagi dan lagi tanpa jemu. Hasil rajutannya bisa berupa satu set taplak untuk di ruang tamu, yaitu taplak meja dan taplak-taplak kecil untuk alas lemari kaca, rajutan spon mandi, rajutan kaos kaki dan sepatu rumah, sweater, baby stuffs, penutup tempat tidur, hiasan dan taplak-taplak dapur, penutup kulkas, dan lain-lain. Barang-barang rajutan tersebut biasanya setelah selesai akan disimpan di sebuah kotak yang dinamakan sandık. Kelak jika anak gadisnya menikah, maka sandık beserta isinya akan dipindahkan ke rumah baru sang gadis.

Kini sudah banyak para gadis yang melanjutkan kuliah ke luar kota, kemudian memiliki profesi tertentu sesuai minat dan bakatnya. Dan oleh karenanya kebiasaan Handcrafting juga menurun. Banyak yang sudah tidak menginginkan sandık ibunya, karena menganggap sudah tidak lagi mode, dan barang-barang rajutannya sudah ketinggalan zaman.

Salah satu rajutan panco buatanku
Namun bagi saya yang datang dari Indonesia, saya sangat menggumi budaya handcrafting ini. Menilik kebiasaan para wanita dan para gadis di tanah air, banyak yang duduk-duduk kosong tanpa bekerja. Hanya mengobrol sambil duduk-duduk di teras rumah berjam-jam tanpa melakukan sesuatu yang berarti, paling-paling makan rujak bersama. Kebiasaan handcrafting ini bagi saya merupakan suatu hal yang produktif. Tangan bekerja dan mulut masih bisa sambil mengobrol, matapun masih bisa sesekali mencuri pandang ke layar TV.

Gadis-gadis Turki pun sekarang lebih suka keluyuran dengan wajah penuh make-up dan kuku tangan bercat. Rambut panjang diurai, dan jemari mengepit rokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar