Sabtu, 09 Juni 2012

Turki dan kebersihan, sebuah studi tentang etika dan kultur masyarakat Istanbul

Lingkungan bersih, apa faktor yang melatarbelakanginya? apakah dari perilaku warga, atau dari upaya pemerintah? ayo kita cermati lebih jauh. kita ambil contoh Jakarta-Indonesia, singapura dan Istanbul-Turki.

Orang bilang Singapura bersih, memang kelihatannya betul demikian. Warganya memiliki kebiasaan baik untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. bahkan jika sudah selesai menikmati makanan di area foodcourt, mereka tak lupa membuang sisa-sisa makanan dan tulang-tulang ayam ke tempat sampah dan meletakkan bakinya di tempatnya. Orang Indonesia yang terkenal tak patuh aturan pun jika sedang berada di Singapura mendadak jadi tertib dan mengikuti perilaku tuan rumah, walau nanti sesampainya di bandara Soekarno-Hatta, mendadak perilaku lama muncul kembali.

Bagaimana dengan di Jakarta? sampah berserakan di mana-mana, di terbangkan angin dan dihuni sisa-sisa air hujan, menjadi sarang nyamuk demam berdarah yang merenggut nyawa banyak orang. Sampah menumpuk di sungai mendangkalkan aliran air, sehingga manakala hujan turun, airnya meluap menjadi banjir malapetaka, yang lagi-lagi merenggut banyak jiwa.

Sungai Ciliwung yang melintasi kota tua, diantara bangunan-bangunan yang menyimpan sejarah masa lalu, mengalir hitam dan bau. Andai saja Ciliwung bisa bersih seperti Golden Horn di Istanbul. Dulunya konon Golden Horn-pun pernah kotor, tatkala di sepanjang sisinya sejumlah pabrik tekstil beroperasi. Kini area sepanjang Golden Horn adalah tempat piknik dan taman umum.

Turki, khususnya Istanbul, saat ini telah menjelma menjadi kota yang bersih dan apik. Nyaman untuk para turis yang tak henti memadatinya, 12 bulan dalam setahun. Namun apakah kebersihan Istanbul adalah cerminan kebiasaan bagus warganya, bisa ya bisa tidak.

Boleh dikatakan bahwa warga Turki cinta kebersihan untuk rumah sendiri. Rata-rata rumah warga Turki bersih, sepatu dilarang masuk, karena semua ruangan di lapisi karpet. Semua ruangan dan furniture selalu bersih karena rajin di lap dan divacuum, bahkan furniture dan karpet minimal setahun sekali dicuci ke perusahaan pencucian karpet dan sofa. kamar mandi dan toilet juga selalu terjamin kebersihannya. Bahkan kaca-kaca jendela selalu dilap, tak jarang melihat pemandangan seorang ibu rumah tangga sedang melap kaca dari lantai flat-nya yang tinggi, tanpa memikirkan bahaya jatuh.

Namun mereka yang memiliki perilaku bersih di lingkungan sendiri ini, tak jarang meninggalkan berbagai sampah di area piknik. Rumput yang hijau di penuhi kulit biji bunga matahari (merupakan hobby warga Turki untuk memakan biji bunga matahari yang telah digarami, di Indonesia dinamakan kwaci). Botol-botol plastik air minum, puntung-puntung rokok, mengotori taman.

Pemerintah memili armada kebersihan yang sangat tangguh. Diawali di pagi hari, sekitar jam delapan pagi, mobil sampah akan datang untuk mengambil kantong-kantomg plastik berisi sampah yang diletakkan oleh para penghuni  apartemen di pinggir jalan. Di ujung-ujung jalan besar terdapat kotak-kotak sampah dari baja yang bisa diangkat dan digulingkan dengan sistem hidrolik yang terdapat pada mobil sampah. Menjelang siang, petugas kebersihan dengan seragam oranye akan sibuk menyapu sisa-sisa sampah yang terjatuh atau tidak terangkut oleh mobil sampah. Di luar itu, masih ada petugas-petugas kebersihan yang berjalan dengan mendorong semacam vacuum cleaner besar, untuk menyedot sampah-sampah kecil. Ada lagi petugas kebersihan yang mengendarai semacam mobil "pengepel" jalanan. Dengan armada selengkap itu, tentu saja kebersihan selalu terjamin. Namun entah berapa dana yang harus keluar setap bulannya untuk menjaga kebersihan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar