Selasa, 10 Februari 2015

Wisata ke Resort Ski di Gunung Uludağ

Dimuat di koran Surya http://surabaya.tribunnews.com/2015/02/10/meluncur-seru-di-uludag
dengan sejumlah editing.

Masyarakat Indonesia di Istanbul memiliki sebuah perkumpulan yang dinamakan MII (Masyarakat Indonesia Istanbul). Sudah menjadi agenda tetap MII untuk melaksanakan piknik musim dingin, baik itu ke gunung Uludağ, ke Bolu, ataupun ke tempat wisata musim dingin lainnya. Musim dingin kali ini MII kembali mengadakan piknik bersama dengan tujuan  resort ski di gunung Uludağ, Bursa.
Dengan menggunakan sebuah minibus dan satu midibus, rombongan MII yang berjumlah 41 orang ini bertolak dari Pendik, sebuah terminal bis di Istanbul bagian Asia, menuju kota Bursa. Saat itu hari sabtu, tanggal 31 desember 2015, waktu menunjukkan pukul 07:00 pagi.

Cuaca cukup dingin sekitar 8 derajat dan sangat berangin. Untuk menuju kota Bursa, yang terletak  di barat laut Turki, kami harus melewati Gebze, sebuah distrik dari propinsi Kocaeli, tetangga Istanbul. Dari Gebze kami akan menyeberangi bagian sempit laut Marmara  dari pelabuhan Eşkihisar menuju ke pelabuhan Tophane yang ada di distrik Yalova, propinsi Bursa. Kota Bursa sendiri adalah ibukota propinsi Bursa. Resort ski gunung Uludağ terdapat di kota Bursa tersebut.

Dengan harap-harap cemas kami menuju Eşkihisar. Jika cuaca masih tetap berangin, maka kami terpaksa tidak bisa menyeberang dengan ferry ke Tophane, dan mau tidak mau kami harus memutar lewat jalan darat, yang kira-kira akan memakan waktu ekstra sekitar dua jam. Sedangkan kalau menggunakan ferry, hanya perlu sekitar 25 menit saja untuk mencapai Yalova.

Alhamdulillah ketika tiba di Eşkihisar, ternyata cuaca membaik dan perjalanan ferry tidak dibatalkan. Kedua kendaraan kami bisa langsung masuk ke dalam ferry. Rombongan segera turun dan mengambil sejumlah foto dengan latar belakang laut Marmara dan burung-burung camar yang begitu banyak di pagi itu. Sebagian peserta rombongan masuk ke dalam “Sefer Cafe” yang ada di lantai dua kapal ferry, untuk menikmati kopi, teh, roti isi ataupun mie instant cup.

Sesaat sebelum  ferry merapat di pelabuhan Tophane, Yalova, seluruh rombongan telah siap didalam kendaraan lagi. Dari Tophane ke kota Bursa, perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 jam lagi. Dimulai dari distrik Orhangazi, kemudian distrik Gemlik, yang terkenal dengan buah zaitunnya, setelah itu kota Bursa. Kota Bursa-Gunung Uludağ berjarak sekitar 40 Km, dan ditempuh dalam waktu sekitar 1 s/d 1,5 jam.

Kota Bursa adalah kota terpadat keempat di Turki, setelah Istanbul, Ankara, dan İzmir. Kota ini juga merupakan ibukota Ottoman yang pertama, yaitu ketika Ottoman berhasil menakhlukkan Bursa dari Byzantium pada tahun 1326. Bursa kini menjadi tempat bagi industri-industri mobil, tekstil, makanan olahan, produk susu dan minuman.

Saat itu angin sangat kencang di kota Bursa, sehingga cukup menggoncang kendaraan kami. Bersama dengan angin juga bertiup debu yang cukup  banyak dan mengotori kaca-kaca mobil. Syukurlah semua tidak menjadi kendala, dan kami mulai memasuki jalanan mendaki ke puncak gunung. Kanan-kiri jalan dipenuhi dengan tumpukan salju yang belum meleleh, meski saat itu cuaca cukup hangat, sekitar 12 derajat C. Semakin keatas tumpukan salju semakin tebal. Ketika kami memasuki gerbang Taman nasional Gunung Uludağ, tumpukan salju terlihat sangat tebal, membentuk tebing salju di kedua sisi jalan.

Akhirnya pada pukul 11.30 kami tiba di tempat parkir mobil di area perhotelan Uludağ. Tempat untuk bermain ski-nya memang berada di area perhotelan ini. Setelah mempersiapkan diri dengan jaket tebal, sarung tangan, sepatu boot, syal dan topi rajut, kami keluar dari mobil menyongsong tiupan angin bersalju. Sapaan selamat datang dari Sang Uludağ, yang dinamakan Mysian Olympus oleh orang-orang Yunani yang dulu menghuni Bursa sebelum datangnya bangsa Turki ke wilayah ini.
Setelah diberikan pengumuman tentang jam berkumpul dan tempat berkumpul, kami segera berpencar untuk melakukan kesenangan masing-masing. Ada yang membuat foto keluarga, foto –foto lucu bersama teman-teman, saling lempar bola salju, dan sebagainya.

Saljunya begitu tebal dan lembut, ketika melangkah, kadang kaki terperosok sampai selutut. Tiupan angin yang kencang kadang hampir membuat kami jatuh. Setelah puas berfoto, sebagian rombongan menyewa alat untuk meluncur, serupa kereta luncur. Kegiatan ini ternyata cukup mengasyikkan, meluncur sejauh kurang lebih 100 meter ke bawah. Sayangnya, ketika kembali ke atas, alat luncurnya harus digeret sambil berjalan menanjak. Hal ini cukup melelahkan ditengah hembusan angin yang sanggup menghempaskan kami ke atas salju tebal ini.

Sebagian peserta rombongan  berjalan mendaki menuju ke area hotel dan kafeteria yang ada dibagian yang lebih tinggi dari area parkir. Disitulah tempat untuk bermain ski yang sebenarnya.  Disana juga terdapat penyewaan alat-alat untuk bermain ski. Beberapa orang yang sudah terbiasa bermain ski setiap tahunnya, dengan sigap segera menyewa perlengkapan ski dan langsung meluncur dengan cukup mahir. Sisanya hanya menggunakan perlengkapan ski untuk berfoto-foto saja. Hal inipun sudah cukup menyenangkan bagi peserta rombongan kami.

Sebenarnya landasan ski yang ada disini adalah landasan ski dengan kategori “Baby Slope” atau paling mudah. Untuk yang memang sengaja mau bermain ski di Uludağ, tersedia berbagai landasan dengan kesulitan yang bertingkat. Tersedia pula instruktur ski untuk yang memerlukan pelatihan.
Puas bermain-main di salju, sebagian rombongan kembali ke tempat parkir untuk menyantap bekal nasi dan ayam goreng yang dibawa dari rumah. Sebagian lainnya memilih menikmati roti isi dan kopi yang tersedia di cafe-cafe di dekat area bermain ski.

Setelah menunaikan shalat dzuhur di masjid Haji Yazıcı yang ada di daerah tempat parkir, kamipun bersiap untuk turun kembali ke kota Bursa dengan tujuan untuk berziarah ke mesjid Ulucami dan makan sore.

Wajah-wajah memerah karena cuaca dingin, namun sumringah karena akhirnya bisa terlaksana berwisata ke gunung Uludağ. Tak terasa tibalah kami di depan Mesjid Ulucami. Rombongan turun dari kendaraan dan menyeberang menggunakan penyeberangan bawah tanah menuju restaurant untuk bersantap sore dulu. Santap sore kami berupa sup lentil, nasi dengan döner kebab ayam, salad, dan ayran, yaitu minuman dari yogurt yang dicairkan dan diberi garam. Setelah makan, rombongan diberi kesempatan waktu bebas selama kurang lebih satu jam untuk menjelajahi Mesjid Ulucami dan Kozahanı (pasar sutera).

Mesjid Ulucami (dibaca: Ulujami), dibuat oleh Sultan Beyazit 1 yang bergelar “Yıldırım” atau halilintar, pada tahun 1396-1399. Mesjid ini sangat unik karena memiliki 20 kubah yang disangga pilar-pilar dibawahnya. Kubah-kubah tersebut membuat kesan mesjidnya terbagi menjadi 20 buah ruangan. Konon hal ini sebagai perwujudan dari 20 buah mesjid yang dijanjikan akan dibangun oleh Sultan Beyazid jika ia berhasil memenangkan perang Nicopolis pada tahun 1396.

Keunikan Ulucami lainnya adalah adanya “şadırvan” (baca: syadırwan), tempat wudhu, yang tempatnya ada di tengah ruangan mesjid. Hal ini khas gaya arsitektur Selcuk (baca: seljuk), yaitu masa sebelum Ottoman. Masjid ini juga memiliki 192 buah kaligrafi yang menghiasi tiang-tiang dan dindingnya, serta satu buah penutup ka’bah yang dulu dibawa dari Mesir oleh Sultan Yavuz Selim pada abad ke-15, ketika beliau menakhlukan Mesir.

Bursa sejak zaman Byzantium sudah menjadi pusat peternakan kepompong ulat sutera. Dan oleh karenanya, Bursa menjadi bagian dari perjalanan dagang sutera yang dinamakan “Jalan Sutera”. Kozahanı yang terletak tak jauh dari mesjid  Ulucami adalah pusat perdagangan sutera di Bursa. Tempat ini dibuat oleh Sultan Beyazit II pada tahun 1491. Sesuai dengan namanya koza=kepompong ulat sutera, Hanı=bangunan, Kozahanı awalnya adalah pusat perdagangan kepompong ulat sutera dan tempat beristirahatnya para rombongan saudagar karavansarai. Saat ini bagian bawah Kozahanı dijadikan cafe-cafe untuk minum teh. Sedangkan bagian atasnya digunakan untuk tempat penjualan sutera dan kantor-kantor pengacara.

Pada pukul 18:30, rombongan mulai berkumpul kembali di halte bus depan Ulucami. Setelah ketua rombongan memeriksa  kelengkapan jumlah peserta, kemudian sopir-sopir bis ditelepon untuk datang ke lokasi dan kamipun segera naik ke dalam bis-bis kami. Perjalanan kembali kami ke Istanbul relatif lancar tanpa hambatan. Kami tiba di Istanbul sekitar pukul 10 malam, lelah namun senang dan ingin kembali lagi kesana di musim dingin tahun depan.

==========





1 komentar:

  1. Salam kenal mba.. saya mau ke istanbul lalu ke mt uludag. Bbrp blog bilang ada MII yg bareng mereka ke uludag.. Apa boleh tanya2 mba lbh lanjut? Ini email saya: fandafattah@gmail.com
    Sangat membantu infonya mba..terima kasih sebelumnya..

    BalasHapus